Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari
wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah para
nabi dan mereka telah mati dan anak-anak Israil
setelah Musa telah kalah. Kitab suci mereka telah
hilang, yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang dari
dada mereka maka ia pun tercabut dari tangan
mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti
perjanjian yang di dalamnya terdapat peninggalan
keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari
keluarga mereka dan rumah mereka. Keadaan
mereka sungguh sangat tragis. Kenabian telah
terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka
kecuali seorang wanita yang hamil yang berdoa
kepada Allah s.w.t agar Dia memberinya anak laki-
laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan
menamainya dengan nama Asymu'il yang dalam
bahasa Ibrani bererti Ismail. Yakni Allah s.w.t
mendengar doaku.
Ketika anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu
mengirimnya ke masjid dan menyerahkannya
kepada lelaki soleh agar belajar kebaikan dan ibadah
darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada suatu
malam - ketika ia telah menginjak dewasa - ia tidur,
lalu ia mendengar ada suara yang datang dari sisi
masjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan
mengira bahawa syeikh atau gurunya
memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan
bertanya:
"Apakah engkau memang memanggilku?"
Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia
berkata:
"Ya, ya." Anak itu pun tidur kembali.
Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk
kedua kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan
melihat malaikat Jibril memanggilnya:
"Tuhanmu
telah mengutusmu kepada kaummu."
Pada suatu
hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka
bertanya kepadanya:
"Tidakkah kami orang-orang
yang teraniaya?"
Dia menjawab:
"Benar."
Mereka
berkata:
"Tidakkah kami orang-orang yang terusir?"
Dia menjawab:
"Benar."
Mereka mengatakan:
"Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat
mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar
kita dapat berperang di jalan Allah s.w.t dan agar
kita dapat mengembalikan tanah kita dan kemuliaan
kita."
Nabi mereka berkata kepada mereka dan tentu
ia lebih tahu daripada mereka:
"Apakah kalian yakin
akan menjalankan peperangan jika diwajibkan
peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab:
"Mengapa kami tidak berperang
di jalan Allah s.w.t sedangkan kami telah terusir dari
negeri kami, dan anak-anak kami pun terusir serta
keadaan kami makin memburuk."
Nabi mereka
berkata:
"Sesungguhnya Allah s.w.t telah mengutus
Thalut sebagai penguasa bagi kalian."
Mereka
berkata:
"Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami
sedangkan kami lebih berhak mendapatkan
kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula, ia bukan
seorang yang kaya, sedangkan di antara kami ada
orang yang lebih kaya daripadanya."
Nabi mereka berkata:
"Sesungguhnya Allah s.w.t
memilihnya atas kalian kerana ia memiliki
keutamaan dari sisi ilmu dan fizik. Dan Allah s.w.t
memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang
Dia kehendaki."
Mereka berkata:
"Apa tanda
kekuasaa-Nya?"
Nabi menjawab:
"Kitab Taurat yang
dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian.
Kitab itu akan dibawa oleh para malaikat dan
diserahkan kepada kalian. Ini adalah tanda
kekuasaan-Nya."
Mukjizat tersebut benar-benar
terjadi di mana pada suatu hari Taurat kembali
kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut dimulai. Thalut telah
menyiapkan tenteranya untuk memerangi Jalut. Jalut
adalah seseorang yang perkasa dan penantang yang
hebat di mana tak seorang pun mampu
mengalahkannya. Pasukan Thalut telah siap. Pasukan
berjalan dalam waktu yang lama di tengah-tengah
gurun dan gunung sehingga mereka merasakan
kehausan. Raja Thalut berkata kepada tenteranya:
"Kita akan menemui sungai di jalan. Barang siapa
yang meminumnya maka hendaklah ia akan keluar
dari pasukan dan barang siapa yang tidak
mengicipinya dan hanya sekadar membasahi
kerongkongannya maka ia akan dapat bersamaku
dalam pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati sungai dan sebahagian
tentera minum darinya dan kemudian mereka keluar
dari barisan tentera. Thalut telah menyiapkan ujian
ini untuk mengetahui siapa di antara mereka yang
mentaatinya dan siapa yang membangkangnya;
siapa di antara mereka yang memiliki tekad yang
kuat dan mampu menahan rasa haus dan siapa yang
memiliki keinginan yang lemah dan mudah
menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri:
"Sekarang
kami mengetahui orang- orang yang pengecut
sehingga tidak ada yang bersamaku kecuali orang-
orang yang berani."
Jumlah pasukan memang
berpengaruh tetapi yang paling penting dalam
pasukan adalah, sifat keberanian dan iman, bukan
semata-mata jumlah dan senjata. Lalu datanglah
saat-saat yang menentukan bagi pasukan Thalut.
Mereka berdiri di depan pasukan musuhnya, Jalut.
Jumlah pasukan Thalut sedikit sekali tetapi pasukan
Musuh sangat banyak dan kuat.
Sebahagian orang-orang yang lemah dari pasukan
Thalut berkata:
"Bagaimana mungkin kita dapat
mengalahkan pasukan yang perkasa itu?"
Kemudian
orang-orang mukmin dari pasukan Thalut menjawab:
"Yang penting dalam pasukan adalah keimanan dan
keberanian. Berapa banyak kelompok yang sedikit
mampu mengalahkan kelompok yang banyak
dengan izin Allah s.w.t."
Allah s.w.t berfirman:
"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-
pemuka Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu
ketika mereka berkata kepada seorang nabi
mereka: 'Angkatlah untuk kami seorang raja agar
kami berperang (di bawah pimpinannya) dijalan
Allah. Nabi mereka menjawab:
'Mungkin sekali jika
kamu diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang.'
Mereka menjawab:
'Mengapa kami
tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami
sesungguhnya telah diusir dari kampung halaman
kami dan dari anak-anak kami.' Maka tatkala
perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun
berpaling, kecuali beberapa orang yang saja di
antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang lalim. Nabi mereka mengatakan
kepada mereka:
'Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu.'
Mereka
menjawab:
'Bagaimana Thalut memerintah kami,
padahal kami lebih berhak mengendalikan
pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak
diberi kekayaan yang banyak?' (Nabi mereka)
berkata:
'Sesungguhnya Allah telah memilihnya
menjadi rajamu dan menganugerahi ilmu yang luas
dan tubuh yang perkasa.'
Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi
Maha Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan
kepada mereka:
'Sesungguhnya tanda ia akan
menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di
dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan
sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga
Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Maka tatkala Thalut keluar membawa tenteranya,
ia berkata:
'Sesungguhnya Allah akan menguji
kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara
kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku.
Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali
mencedok secedok tangan, maka ia adalah
pengikutku. Kemudian mereka meminumnya
kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka
tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman
bersama dia telah menyeberangi sungai itu,
orang-orang yang telah minum berkata:
'Tak ada
kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan
Jalut dan tenteranya'
Orang-orang yang meyakini
bahawa mereka akan menemui Allah berkata:
'Berapa banyak yang terjadi golongan yang sedikit
dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan
izin Allah. Dan Allah berserta orang-orang yang
sabar.'" (QS. al-Baqarah: 246-249)
Jalut tampak membawa baju besinya bersama
pedangnya. Tampaknya ia menantang seseorang
untuk berlawan dengannya. Semua tentera Thalut
merasa takut untuk menghadapinya. Di saat-saat
tegang ini, muncullah dari pasukan Thalut seorang
penggembala kambing yang kecil, yaitu Daud. Daud
adalah seorang yang beriman kepada Allah s.w.t. Ia
mengetahui bahawa keimanan kepada Allah s.w.t
adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan bahawa
kemenangan bukan semata-mata ditentukan
banyaknya senjata dan kuatnya tubuh.
Daud maju dan meminta kepada raja Thalut agar
mengizinkannya berlawan dengan Jalut. Namun si
raja pada hari pertama menolak permintaan itu.
Daud bukanlah seorang tentera, ia hanya sekadar
penggembala kambing yang kecil. Ia tidak memiliki
pengalaman dalam peperangan. Ia tidak memiliki
pedang, senjatanya adalah potongan batu bata yang
digunakan untuk mengusir kambingnya. Meskipun
demikian, Daud mengetahui bahawa Allah s.w.t
adalah sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini.
kerana ia seorang yang beriman kepada Allah s.w.t,
maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali meminta izin agar diberi
kesempatan untuk memerangi Jalut. Lalu raja
memberikan izin kepadanya. Raja berkata
kepadanya:
"Seandainya engkau berani
memeranginya, maka engkau menjadi pemimpin
pasukan dan akan menikahi anak perempuanku."
Daud tidak peduli dengan iming-iming tersebut. Ia
hanya ingin berperang dan memenangkan agama. Ia
ingin membunuh Jalut, seorang lelaki yang sombong
yang zalim dan tidak beriman kepada Allah s.w.t,
Raja mengizinkan kepada Daud untuk berlawan
dengan jalut.
Daud maju dengan membawa tongkatnya dan lima
buah batu serta katapel. Jalut maju dengan dilapisi
senjata dan baju besi. Jalut berusaha mengejek
Daud dan merendahkannya serta mentertawakan
kefakirannya dan kelemahannya. Kemudian Daud
meletakkan batu yang kuat di atas katapelnya, lalu
ia melepaskannya di udara sehingga batu itu pun
meluncur dengan keras. Angin menjadi sahabat Daud
kerana ia cinta kepada Allah s.w.t sehingga angin itu
membawa batu itu menuju ke dahi Jalut. Batu itu
membunuhnya. Jalut yang dibekali senjata yang
lengkap itu tersungkur ke tanah dan mati.
Daud, seorang penggembala yang baik, mengambil
pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan di
antara kedua pasukan. Peperangan dimulai saat
pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan
menghinggapi seluruh pasukannya, sedangkan
pasukan yang lain dipimpin oleh seorang
penggembala kambing yang sederhana.
Allah s.w.t berfirman:
"Tatkala mereka tampak oleh jalut dan
tenteranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan
kukuhkanlah pendirian kami terhadap orang-orang
kafir.' Mereka (tentera Thalut) mengalahkan
tentera Jalut dengan izin Allah memberinya
kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah,
(sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan
kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya
Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian
manusia dengan sebahagian yang lain, pasti
rosaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai kurnia
(yang dicurahkan) atas semesta alam." (QS. al-
Baqarah: 250-251)
Setelah Daud membunuh jalut, ia mencapai puncak
kebenaran di tengah- tengah kaumnya sehingga ia
menjadi seorang lelaki yang paling terkenal di
kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin
pasukan dan suami dari anak perempuan raja.
Namun Daud tidak begitu gembira dengan semua ini.
Beliau tidak bertujuan untuk mencapai kebenaran
atau kedudukan atau kehormatan, tetapi beliau
berusaha untuk menggapai cinta Allah s.w.t. Daud
telah diberi suatu suara yang sangat indah dan
mengagumkan. Daud bertasbih kepada Allah s.w.t
dan mengagungkan- Nya dengan suaranya yang
menarik dan mengundang decak kagum. Oleh
kerana itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud
bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung.
Beliau merasakan kedamaian di tengah-tengah
makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan
diri, beliau bertaubat kepada Allah s.w.t.
Allah s.w.t berfirman:
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada
Daud kurnia Kami. (Kami berfirman):
'Hai gunung-
gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-
ulang bersama Daud', dan Kami telah melunakkan
besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang
besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan
kerjakanlah amalan yang soleh. Sesungguhnya
Aku melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba':
10- 11)
"Dan telah Kami tundukan gunung-gunung dan
burung-burung, semua bertasbih bersama Daud,
dan Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami
ajarkan kepada Daud membuat baju besi kepada
kamu, guna memelihara kamu dalam
peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur
(kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Daud duduk, maka ia bertasbih kepada Allah
s.w.t dan memuliakan-Nya. Allah s.w.t memilih Daud
sebagai Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Allah
s.w.t berfirman:
"Dan Kami berikan Kitab Zabur kepada Daud." (QS.
al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat. Daud
membaca kitab tersebut dan bertasbih kepada Allah
s.w.t. Saat beliau bertasbih, gunung-gunung juga ikut
bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul
bersama beliau.
Allah s.w.t berfirman:
"Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai
kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada
Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-
gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di
waktu pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula)
burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-
masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan
kerajaannya dan Kami berikan hikmah dan
kebijaksanaan dalam menyelesaikan
perselisihan." (QS. Shad: 17-20)
Gurun terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini adalah
hari puasa Daud. Nabi Daud berpuasa pada suatu
hari dan berbuka pada hari yang lain. Inilah yang
disebut dengan Shiam ad-Dahr. Daud membaca Kitab
Zabur dan merenungkan ayat-ayatnya. Gunung-
gunung bertasbih bersamanya. Gunung
menyempurnakan pembacaan ayat tersebut, dan
terkadang beliau diam sementara gunung itu
menyempurnakan tasbihnya. Bukan hanya gunung
yang bertasbih bersama beliau, burung-burung pun
ikut bertasbih. Ketika Daud mulai membaca Kitab
Zabur yang suci maka burung-burung, binatang-
binatang buas, dan pohon-pohon pun berkumpul di
sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan
hanya kerana ketulusan Daud yang menjadi
penyebab bertasbihnya gunung-gunung atau burung-
burung bersama beliau; bukan hanya keindahan
suaranya yang menjadi penyebab bertasbihnya
makhluk-makhluk yang lain bersama beliau, namun
ini adalah mukjizat dari Allah s.w.t kepadanya
sebagai Nabi yang memiliki keimanan yang agung,
yang cintanya kepada Allah s.w.t sangat tulus. Bukan
hanya ini mukjizat yang diberikan kepada beliau,
Allah s.w.t juga memberinya ilmu atau kemampuan
untuk memahami bahasa burung dan haiwan-
haiwan yang lain.
Pada suatu hari, beliau merenung dan mendengarkan
ocehan burung yang berdialog satu sama lain. Lalu
beliau mengerti apa yang dibicarakan burung-burung
itu. Allah s.w.t meletakkan cahaya dalam hatinya
sehingga ia memahami bahasa burung dan bahasa
haiwan-haiwan yang lain. Daud sangat mencintai
haiwan dan burung. Beliau berlemah lembut kepada
haiwan-haiwan itu, bahkan beliau merawatnya
ketika haiwan- haiwan itu sakit sehingga burung-
burung dan binatang yang lain pun mencintainya. Di
samping kemampuan memahami bahasa burung,
Allah s.w.t juga memberinya hikmah (ilmu
pengetahuan). Ketika Daud memperoleh ilmu dari
Allah s.w.t atau ketika ia mendapatkan mukjizat
maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah s.w.t
dan bertambah juga rasa syukumya kepada-Nya,
begitu juga ibadahnya semakin meningkat. Oleh
kerana itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan
berbuka pada hari yang lain. Allah s.w.t sangat
mencintai Daud dan memberinya kerajaan yang
besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya
adalah, banyaknya peperangan di zaman mereka.
kerana itu, pembuatan baju besi sangat penting. Baju
besi yang dibuat oleh para ahli sangat berat sehingga
seorang yang berperang tidak mudah bergerak
dengan bebas ketika memakai baju besi itu.
Pada suatu hari, Nabi Daud duduk sambil
merenungkan masalah tersebut dan di depan beliau
ada potongan besi yang beliau main-mainkan. Tiba-
tiba, beliau mengetahui bahawa tangannya dapat
membikin besi itu lunak. Allah s.w.t memang telah
melunakkan besi bagi Daud. Lalu Daud memotong-
motongnya dan membentuknya dalam potongan-
potongan kecil dan melekatkan sebahagian pada
yang lain, sehingga beliau mampu membuat baju
besi yang baru, yaitu baju besi yang terbentuk dari
lingkaran-lingkaran besi yang jika dipakai oleh
seseorang yang berperang maka ia akan leluasa
untuk bergerak dan tubuhnya tetap terlindung dari
pedang dan kapak. Baju besi itu lebih baik dari
semua baju besi yang ada pada saat itu.
Allah s.w.t melunakkan baju besi baginya. Yakni,
Nabi Daud adalah orang yang pertama kali
menemukan bahawa besi dapat menjadi leleh
dengan api dan ia dapat dibentuk menjadi ribuan
rupa. Kami merasa puas dengan tafsir seperti ini.
Nabi Daud bersyukur kepada Allah s.w.t. Kemudian
banyak fabrik-fabrik berdiri untuk membuat baju besi
yang baru. Ketika selesai pembuatan baju besi itu
dan diberikan kepada pasukannya maka musuh-
musuh Daud mengetahui bahawa pedang mereka
tidak akan mampu menembus baju besi ini. Baju
besi yang dipakai oleh para musuh itu sangat berat
dan dapat ditembusi oleh pedang. Baju besi yang
mereka pakai tidak membuat mereka bergerak
dengan bebas dan tidak dapat melindungi mereka
saat berperang, tidak demikian halnya dengan baju
besi yang dibuat oleh Nabi Daud. Setiap peperangan
yang diikuti oleh tentera Daud maka beliau selalu
mendapatkan kemenangan; setiap kali beliau
memasuki kancah peperangan maka beliau
merasakan kemenangan. Beliau mengetahui bahawa
kemenangan ini semata-mata datangnya kerana
Allah s.w.t sehingga rasa syukurnya kepada-Nya
semakin bertambah dan tasbih yang beliau lakukan
pun semakin meningkat serta kecintaan kepada
Allah s.w.t pun semakin bergelora.
Ketika Allah s.w.t mencintai seorang nabi atau
seorang hamba dari hamba-hamba-Nya maka Dia
menjadikan manusia juga mencintainya. Manusia
mencintai Nabi Daud sebagaimana burung-burung,
haiwan- haiwan, dan gunung-gunung pun
mencintainya. Raja melihat hal yang demikian itu lalu
timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai
berusaha untuk menyakiti Nabi Daud dan
membunuhnya. Ia menyiapkan pasukan untuk
membunuh Daud. Daud mengetahui bahawa raja
cemburu kepadanya. Oleh kerana itu, beliau tidak
memerangi raja namun apa yang beliau lakukan?
Beliau mengambil pedang raja saat ia tidur lalu
beliau memotong sebahagian dari pakaiannya
dengan pedang itu. Kemudian beliau membangunkan
raja dan berkata kepadanya: "Wahai raja, engkau
telah berencana untuk membunuhku, namun aku
tidak membencimu dan tidak ingin membunuhmu.
Seandainya aku ingin membunuhmu maka aku
lakukan saat engkau tidur. Ini bajumu telah
terpotong. Aku telah memotongnya saat engkau
tidur. Aku bisa saja memotong lehermu sebagai ganti
dari memotong baju itu, tetapi aku tidak
melakukannya. Aku tidak suka untuk menyakiti
seseorang pun. Ajaran yang aku bawa hanya berisi
cinta dan kasih sayang, bukan kebencian. Raja
menyedari bahawa dirinya salah dan ia meminta
maaf kepada Daud."
Kemudian berlalulah hari demi hari dan raja terbunuh
dalam suatu peperangan yang tidak diikuti oleh Nabi
Daud, kerana raja itu cemburu kepadanya dan
menolak bantuannya. Setelah itu, Nabi Daud menjadi
raja. Masyarakat saat itu mengetahui bahawa Daud
melakukan apa saja demi kebaikan dan
kebahagiaan mereka sehingga mereka rela untuk
menjadikannya raja bagi mereka. Jadi, Daud menjadi
Nabi yang diutus oleh Allah s.w.t sekaligus menjadi
raja. Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa
syukur kepada Allah s.w.t dan meningkatkan
ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau
untuk lebih meningkatkan kebaikan dan menyantuni
orang-orang fakir serta menjaga kepentingan
masyarakat umum.
Allah s.w.t memperkuat kerajaan Daud. Allah selalu
menjadikannya menang ketika melawan musuh-
musuhnya. Allah menjadikan kerajaannya sangat
besar sehingga ditakuti oleh musuh-musuhnya
meskipun tidak dalam peperangan. Allah menambah
nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk memberinya
hikmah. Selain memberi kenabian kepada Daud,
Allah s.w.t memberi hikmah dan kemampuan untuk
membezakan kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud
mempunyai seorang anak yang bernama Sulaiman.
Sulaiman adalah anak yang cerdas dan
kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia
Sulaiman mencapai sebelas tahun ketika terjadi
kisah ini. Allah s.w.t berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu
keduanya memberikan keputusan mengenai
tanaman, kerana tanaman itu dirosaki oleh kambing-
kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami
menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka
itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada
Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan
kepada masing-masing mereka telah Kami berikan
hikmah dan ilmu. " (QS. al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Daud duduk dan memberikan
keputusan hukum kepada manusia dan
menyelesaikan persoalan mereka. Seorang lelaki
pemilik kebun datang kepadanya disertai dengan
lelaki yang lain. Pemilik kebun itu berkata
kepadanya: "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya
kambing laki- laki ini masuk ke kebunku dan
memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku
datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi
kami. Dan aku menuntut ganti rugi."
Daud berkata kepada pemilik kambing:
"Apakah
benar bahawa kambingmu memakan kebun lelaki
ini?"
Pemilik kambing itu berkata:
"Benar wahai
tuanku."
Daud berkata:
"Aku telah memutuskan
untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari
apa yang telah dirosaki oleh kambingmu."
Sulaiman
berkata:
"Allah telah memberinya hikmah di samping
ilmu yang diwarisi dari ayahnya - aku memiliki
hukum yang lain, wahai ayahku."
Daud berkata:
"Katakanlah wahai Sulaiman."
Sulaiman berkata:
"Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil
kebun laki- laki ini yang buahnya telah dimakan oleh
kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan
menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon
anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar
pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga
ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan
susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur
telah besar dan kebun tidak rosak atau kembali
seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat
mengambil kembali kebunnya dan begitu juga
pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya."
Daud berkata:
"Ini adalah keputusan yang hebat
wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah s.w.t yang
telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah
Sulaiman yang benar-benar bijaksana."
Nabi Daud -
meskipun kedekatannya kepada Allah s.w.t dan
kecintaannya kepada-Nya - selalu belajar kepada
Allah s.w.t. Allah s.w.t telah mengajarinya agar ia
tidak memutuskan suatu perkara kecuali setelah ia
mendengar perkataan kedua belah pihak yang
bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud duduk di mihrabnya yang
di situ ia solat dan beribadah. Ketika ia memasuki
kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya
untuk tidak mengizinkan seseorang pun masuk
menemuinya atau mengganggunya saat ia solat.
Tiba-tiba, beliau dikejutkan ketika melihat dua orang
lelaki berdiri di hadapannya. Daud takut kepada
mereka berdua kerana mereka berani masuk,
padahal ia telah memerintahkan agar tak seorang
pun masuk menemuinya. Daud bertanya kepada
mereka:
"Siapakah kalian berdua?"
Salah seorang
lelaki itu berkata:
"Janganlah takut wahai tuanku.
Aku dan laki-laki ini berselisih pendapat. Kami datang
kepadamu agar kamu memutuskan dengan cara
yang benar."
Daud bertanya:
"Apa masalahnya?"
Laki-laki yang pertama berkata:
"Saudaraku ini
mempunyai sembilan puluh sembilan kambing
betina, sedangkan aku hanya mempunyai satu. Ia
telah mengambilnya dariku."
Ia berkata:
"Berikanlah
kepadaku, lalu ia mengambilnya dariku."
Daud
berkata tanpa mendengar pendapat atau
argumentasi pihak yang lain:
'Sesungguhnya dia
telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta
kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya.
Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang
yang berserakan itu sebahagian mereka berbuat
zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-
orang yang beriman.'
Daud terkejut ketika tiba-tiba dua orang itu
menghilang dari hadapannya. Kedua orang itu
bersembunyi laksana awan yang menguap di udara.
Akhirnya, Daud mengetahui bahawa kedua lelaki itu
adalah malaikat yang diutus oleh Allah s.w.t
kepadanya untuk memberinya pelajaran: hendaklah
ia tidak mengambil keputusan hukum di antara dua
orang yang berselisih kecuali setelah mendengar
perkataan mereka semua. Barangkali pemilik
sembilan puluh sembilan kambing itu yang benar.
Daud tunduk dan bersujud serta rukuk kepada Allah
s.w.t dan meminta ampun kepada-Nya. Allah s.w.t
berfirman:
"Dan sampaikah kepadamu berita orang-orang
yang berperkara ketika mereka memanjat pagar?
Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia
terkejut dengan (kedatangan) mereka. Mereka
berkata: 'Janganlah kamu merasa takut, (kami)
adalah dua orang yang berperkara yang salah
seorang dari kami berbuat lalim kepada yang lain;
maka berilah keputusan di antara kami dengan adil
dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran
dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan
puluh sembilan ekor kambing betina dan aku
mempunyai seekor saja. Maka dia berkata:
'Serahkanlah kambing itu kepadaku dan dia
mengalahkan aku dalam perdebatan.' Daud
berkata: 'Sesungguhnya dia telah berbuat lalim
kepadamu dengan meminta kambingmu untuk
ditambahkan kepada kambingnya. Dan
sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang yang
berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh;
dan amat sedikitlah mereka ini".
Dan Daud
mengetahui bahawa kami mengujinya; maka ia
meminta. ampun kepada Tuhannya lalu
menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami
ampuni baginya kesalahannya itu. Dan
sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat
pada sisi Kami dan tempat kembali yang
baik." (QS. Shad: 21-25)
Banyak cerita dongeng atau bohong yang
disampaikan orang-orang Yahudi tentang godaan
yang dialami oleh Daud. Dikatakan bahawa ia
tertarik dengan isteri dari salah seorang pemimpin
pasukannya lalu ia mengutus pemimpin itu di suatu
peperangan di mana ia mengetahui apa yang terjadi
dengannya. Kemudian Daud menguasai isterinya.
Itu adalah kepalsuan yang mengada-ada. Manusia
yang hatinya berhubungan dengan bintang tertinggi
di langit dan tasbihnya berhubungan dengan tasbih
makhluk-makhluk dan benda-benda mati, maka
mustahil baginya untuk hanya melihat atau tertarik
dengan keindahan atau kecantikan wajah wanita
atau fiziknya. Seseorang yang melihat puncak
keindahan di alam dan berhubungan dengannya
secara langsung dan menundukkannya dengan
tasbihnya maka mustahil baginya untuk tunduk
kepada naluri seksual. Daud adalah seorang hamba
Allah s.w.t dan tidak mungkin ia menjadi hamba dari
nalurinya sebagaimana yang dikemukakan oleh
cerita-cerita palsu Bani Israil.Nabi Daud kembali menyembah Allah s.w.t dan
bertasbih kepada-Nya serta melantunkan senandung
cinta kepada-Nya sampai akhir hayatnya. Nabi Daud
berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan
dengan itu, Rasulullah saw bersabda:
"Sebaik-baik
puasa adalah puasanya Daud. Beliau berpuasa satu
hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur
dengan tujuh puluh suara; beliau melakukan solat di
tengah malam dan menangis di dalamnya, dan
kerana tangisannya segala sesuatu pun ikut
menangis, dan suaranya dapat menyembuhkan
orang yang gelisah dan orang yang menderita."
Nabi
Daud meninggal secara tiba-tiba sebagaimana
dikatakan oleh berbagai riwayat.
Matahari mengganggu manusia, lalu Sulaiman
memanggil burung dan berkata:
"Naungilah Daud.
Maka burung itu menaunginya. Dan angin menjadi
tenang."
Sulaiman berkata kepada burung:
"Naungilah manusia dari sengatan matahari. Burung
itu pun tunduk kepada perintah Sulaiman. Ini untuk
pertama kalinya orang-orang menyaksikan
kekuasaan Sulaiman."
<< Kisah Nabi Adam | Kisah Nabi Hud >> |